Nias adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Negara Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas Suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Tradisi megalitik adalah suatu adat kebiasaan yang menghasilkan benda-benda atau bangunan dari batu, dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Nias juga mempunyai kebiasaan unik seperti daerah-daerah lain yang ada di Nusantara, yaitu ada FEMANGA AFO, FAME AFO.
Afo adalah lima ramuan yang sering disebut sebagai tradisi makan sirih bagi orang Nias, yaitu terdiri dari ari tawuö (daun sirih), betua (kapur), gambe (daun gambir), bago (tembakau), dan fino (buah pinang). Ketika memasuki pulau Nias, hal pertama yang ditemui dalam budaya Nias adalah Salam khas; Ya’ahowu! Setelah menerima salam tersebut, bagian yang tidak kalah penting dalam kerangka penyambutan tamu adalah pemberian sekapur sirih, atau lebih dikenal dengan nama AFO sebagai wujud penghormatan terhadap tamu atau raja. Jika tamu yang disambut adalah tamu besar, pemberian afo dilakukan dengan meriah lewat tarian sekapur sirih. Sementara jika pemberian afo dilakukan dalam kerangka pesta adat, maka pemberian afo tersebut dimulai dengan fangowai secara bergiliran dari beberapa perempuan dan laki-laki, bisa juga melalui tarian maena fame afo .
Bagi orang Nias, Afo tak sekedar sebagai perpaduan antara beberapa bahan alam yang bisa dikonsumsi namun kebiasaan makan sirih mempunyai fungsi sosial, yaitu sebagai sarana untuk membantu menyatukan pikiran yang berbeda, menghindari perpecahan, dan membangun harapan. Itu sebabnya, makan sirih menjadi pembuka dalam kegiatan pertemuan adat, keluarga, dan acara besar masyarakat Nias dan terutama ketika melaksanakan kegiatan adat ( Pesta Perkawinan).
Sirih tanpa wadah seperti halnya kita makan sayur tanpa garam maka wadah atau berarti tempat sirih yang sangat erat kaitannya dengan budaya Fame’e Afo, wadah sirih dalam bahasa daerah Nias adalah BOLANAFO.
Bola nafo terbuat dari bahan alam yaitu Keleömö sejenis rumput rawa-rawa sering disebut Keleömö (Eleocharis dulcis) atau sinasa disebut Pandan berduri, tanaman ini tumbuh di daerah yang lembab dan dataran rendah, Ketika tumbuhan ini sudah besar dan akan dipastikan jadwal panen agar kwalitas tetap terjaga, kemudian Keleömö /sinasa diolah dengan cara “mangehetabeto” membuang sebagian sisi yang dipandang kurang bagus, lalu di jemur sampai kering dan berwarna crem cerah. Dan dari hasil pembuatan anyamannya mempunyai beberapa motif dan perpaduan warna yaitu : Motif Ni’otarawa digunakan oleh bangsawan, Motif Ni’ohulayo digunakan oleh masyarakat umum, Motif tas kecil bola Afo dengan dibuat lebih menarik juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan uang hingga perhiasan dan bahkan bisa menjadi tas. Proses pembuatannya memerlukan waktu 1-2 minggu.
Permintaan pasar untuk bola nafo semakin hari semakin banyak, terutama pada saat pesta pernikahan dan pesta adat lainnya bahkan penggunaan bola nafo saat ini telah dikolaborasikan pada acara keagamaan dan pemerintahan jelas Ibu Suriani Gulo.
“ Saat ini pengrajin bolanafo sudah mulai langka, bahkan saat ini anak-anak muda kurang berminat untuk belajar menganyam. Padahal peluang usaha untuk anyaman ini dengan berbagai model dan manfaat tentu sangat ditunggu oleh pasar” Jelas Animan Harefa Kepala Cabang Nias Barat.
Salah satu dari anggota Koperasi Konsumen Osseda Faolala Perempuan Nias di Unit Orudu Desa Loloana’a Kec. Moro’o Kab Nias Barat yaitu an. Ibu Suriani Gulo atau alias Ina Fisi Gulo dalam membuat usaha “Anyaman Bola Nafo” Ia mengembangkan usahanya. sejak pada tahun 2017 hingga saat ini masih produktif mengerjakan Bola Nafo dan ini setelah mendapatkan penambahan modal usaha dari lembaga Koperasi Konsumen Osseda Faolala Perempuan Nias.
Munculnya Keinginan dari pengrajin tradisional bola nafo ini oleh karena memiliki keahlian dalam mengenyam, adanya ketersediaan bahan baku dan memiliki sedikit tambahan modal dalam mengembangkan diri membuat kerajinan tangan melalui bola. Ibu suriani juga menjelaskan bahwa dalam 1 bulan bisa menargetkan membuat anyaman bola Nafo sebanyak minimal 20 buah bahkan lebih dan tetap tergantung terhadap ketersediaan bahan baku yang dibutuhkannya.
Namun disisi lain Ibu Suriani Gulo ini juga mempunyai kendala dan keterbatasan dalam melakukan promosi produk dan juga minimnya ketersediaan bahan baku terutama pewarna yang biasa dijadikan sebagai perpaduan bahan baku antara keleyomo, sinasa dan silai, kemudian kain warna sebagai tali penghubung antara bola nafo dan tali dan juga wajib mempunyai jarum sebagai alat tambahan dalam pengerjaan.
Kendati demikian Ibu Suriani Gulo terus berusaha dan menggeluti usaha ini guna untuk menunjang penambahan pendapatan ekonomi keluarganya dan tercukupkannya minat masyarakat.
Berikut dijelaskan beberapa jenis-jenis dan ukuran hasil anyamannya yaitu :
- Ni’Hulayo (bisa merequest tulisan) harga Rp. 200.000 s/d 250.000;-
- Ni’Hulayo (biasa dan tidak ada tulisan) Harga Rp. 100.000
- Ni’Hulayo (biasa silo’oya-oya) harga Rp. 80.000;-
- Ni’Hulayo (ukuran besar disesuaikan) harga Rp. 150.000;-
Ibu Suriani Gulo dan keluarga sangat berterimakasih kepada lembaga Koperasi Osseda yang sudah membantu memfasilitasi dalam pemulihan ekonomi keluarganya melalui usaha yang sedang digeluti hingga saat ini dari modal akses pinjaman dari Koperasi Osseda .
Ibu Suriani sembari menutup percakapan dengan Ibu Kepala cabang Nias Barat Koperasi Osseda Faolala Perempuan Nias Animan Harefa sekaligus meminta banyak terimakasih dan berharap supaya Produk / usaha saya ini terus di promosikan dan terus diberikan motivasi dan semangat baik dari segi moril dan juga materi demi keberlanjutan Usaha dari Anyaman Bola Nafo saya ini.
Untuk proses pemesanan bisa datang langsung di Desa Loloana’a Kec. Moro’o Kab, Nias Barat dan bisa juga melalui via Telp/Wa : 0822 5194 7292 an. Ibu Suriani Gulo atau bisa melalui Koperasi Konsumen Osseda Faolala Perempuan Nias Cabang Nias Barat Hp : 0853 7286 5554.